Tuban, Buserbhayangkara.com Sebanyak 225 warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenuh, Kabupaten Tuban, Jawa Timur yang berprofesi sebagai petani tulen dikabarkan mendadak kaya raya. Berdasarkan video yang viral di media sosial, mereka ramai-ramai membeli mobil.
Kepala Desa Sumurgeneng, Gianto, mengonfirmasi soal kabar pembelian mobil yang dilakukan hampir bersamaan oleh warga desanya tersebut. Ia membeberkan asal muasal kegembiraan warganya tersebut.
Ia menuturkan warga Desa Sumurgeneng mendadak kaya raya setelah menerima pembayaran lahan untuk proyek kilang minyak Grass Roof Refinery (GRR) Tuban.
Kilang Tuban, tutur Gianto, merupakan proyek dari usaha patungan antara PT Pertamina (Persero) dengan perusahaan migas asal Rusia, Rosneft. Pada tahun 2017 pembebasan lahan mulai dilakukan. Gianto berujar daerahnya pada saat itu tidak masuk ke dalam penetapan lokasi proyek.
“Lokasi awal terjadi penolakan. Sulit ditembus. Bahkan sempat muncul rencana pembangunan kilang digeser ke Kalimantan,” tutur Gianto kepada Tim Investigasi PUSKOMINFO INDONESIA DPD Jatim, Sabtu (20/02/2021)
“Hingga akhirnya penetapan lokasi diubah. Dan Desa Sumurgeneng masuk di dalamnya,” lanjutnya soal cikal bakal Kampung Miliarder Tuban.
Gianto mengatakan penetapan lokasi lebih banyak menggunakan lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Perhutani.
Proyek pembangunan kilang minyak GRR membutuhkan lahan seluas 1.050 hektare, dengan rincian 821 lahan darat dan sisanya merupakan reklamasi laut.
Sementara lahan darat tersebar di tiga wilayah yaitu Desa Kaliuntu, Desa Wadung, dan Desa Sumurgeneng. Khusus Desa Sumurgeneng terdapat sekitar 225 hektare lahan yang dibebaskan, dengan jumlah pemilik sebanyak 225 orang. Sebanyak 225 orang itu yang kemudian membuat Desa Sumurgeneng dikenal sebagai “Kampung Miliarder Tuban”
Proyek itu, kata Gianto, pada awalnya mendapat penolakan dari warga Sumurgeneng.
“Mereka enggan menjual tanah warisan leluhur untuk bercocok tanam itu. Mereka mengira pembelian hanya 4 x NJOP yang besarannya sama dengan 4 x Rp14.000,” imbuhnya.
“Tapi setelah diumumkan harga tinggi, banyak yang berubah pikiran,” sambungnya.
Para warga tersebut melepas tanahnya seharga Rp600-Rp800 ribu per meter dengan transaksi tertinggi pembebasan lahan disebut mencapai Rp25 miliar. Adapun tanah yang dilepas itu, kata Gianto sebagian besar adalah perladangan atau sawah.
“Rumah yang kena hanya sedikit,” kata dia.
Menurut Gianto, warga mengekspresikan pencairan uang melalui konsinyasi di Pengadilan Negeri Tuban dengan membeli mobil. Ia mengatakan setidaknya ada 17 mobil yang datang secara bersamaan pada Minggu (14/02/2021)
Namun jumlah tersebut hanya sebagian kecil dibanding total mobil baru yang dibeli warga pascapencairan yang mencapai total 176 unit.
“Mobil yang datang bersamaan kemarin itu perkiraan 17. Kalau selama ini ada total 176 mobil baru dibeli warga. Per rumah bisa memiliki dua sampai tiga mobil,” pungkas Gianto.(A6)